Jumat, 29 Maret 2013

05.15 - 5 comments

Kelainan (Cacat) pada Mata


Miopi
Miopi (dari bahasa Yunani: μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).
Rabun jauh atau miopi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat menipis sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di depan retina (jadi benda tidak terlihat jelas). Jadi titik jauh mata tidak berada di jauh tak berhingga, tetapi pada jarak tertentu dari mata. Dengan demikian, penderita rabun jauh tidak dapat melihat objek yang sangat jauh (tak berhingga).
Myopia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di anterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa divergen atau lensa minus.


Kelainan refraksi pada mata myopia


Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran klinis yang tipikal. Pasien myopia merupakan penglihat dekat yang baik. Ketika melihat jauh, mereka akan memicingkan mata sebagai usaha untuk memperjelas visus. Hal ini bisa ditemukan pada anak usia sekolah penderita myopia. Ketika mereka melihat ke papan tulis, maka seringkali mereka memicingkan mata. Beberapa perubahan morfologi yang tipikal antara lain: penipisan sclera, esotropia (tampak jelas pada penderita anak-anak), COA (Camera Occuli Anterior) yang dalam, atrofi m.ciliaris, dan vitreus yang opak yang dirasakan penderita sebagai sensasi floaters.
Pada miopi, refraksi sinar terlalu konvergen, sehingga bayangan terbentuk di depan retina. Penderita miopi memiliki visus < 6/6 dan kesulitan melihat benda yang terletak jauh. Secara prinsip, penderita miopi terlalu sering menggunakan akomodasi mata. M ciliaris menjadi lebih rigid, tonusnya meningkat dan fleksibilitasnya menurun, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memendek. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak superior dan inferior yang pendek menyebabkan kecenderungan terjadinya miopi. Solusi bagi penderita miopi adalah mengurangi konvergensi dengan menambahkan lensa cekung (minus) di depan mata.
Penanganan penderita anak-anak memerlukan perhatian khusus karena tujuan penanganannya berbeda dengan penderita dewasa. Pada penderita dewasa, tujuan penangan adalah mendapatkan visus terbaik sedangkan pada anak ada dua tujuan: menghasilkan bayangan yang berfokus di retina dan mendapatkan keseimbangan antara akomodasi dan konvergensi. Secara khusus, orang tua penderita perlu mendapatkan edukasi tentang progresifitas alami myopia dan kemungkinan perubahan resep kacamata yang cukup sering.





Penyebab Miopi
Penyebab miopia dapat bersifat keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor lingkungan. Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan baik. Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih setelah mata diistirahatkan.
Myopia atau rabun jauh terbagi menjadi 3 fase, yakni :
a.    Myopia Rendah dengan dioptre mendekati 0 – -3.00
Cara membaca dioptre diatas adalah apabila anda termasuk pengguna atau penderita rabun jauh/myopia dengan minus 0 s/d – 3.00 ( minus 0 sampai dengan minus 3 ) dapat dikatakan anda adalah penderita myopia rendah. Kemungkinan untuk mengurangi minus tersebut masih sangat mungkin.
b.    Myopia Sedang dengan dioptre -3.00 – -6.00
Cara membaca dioptre diatas sama dengan membaca dioptre (a). Jika anda mengenakan kacamata minus dengan kadar minus antara -3.00 – -6.00 (minus 3.00 sampai dengan minus 6.00) dikategorikan penderita myopia tingkat sedang, namun penderita myopia tingkat sedang juga cukup rentan, hal ini dikarenakan kebanyakan orang yang memiliki minus myopia sedang tidak dapat melepaskan kacamata dalam beberapa waktu
c.    Myopia Tinggi dengan Dioptre -6 hingga ke bawah (-10)
Penderita myopia tingkat tinggi memang cukup berbahaya dan dikatakan kerusakan pada bagian retina, kornea serta pupil tidak dapat bekerja optimal, bahkan cenderung mata tidak mampu menangkap cahaya dan membiaskan cahaya pantul dalam keadaan tanpa mengenakan kacamata. Hal ini hampir sama dengan penderita mata katarak sebelah.

Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak penderita myopia atau rabun jauh, hal ini dikarenakan kebiasaan buruk yang sering kali dilakukan, ada pula karena faktor keturunan. Diperkirakan penderita myopia atau rabun jauh antara 800 juta-2,3 milyar orang. Di negara-negara seperti Cina, India dan Malaysia 41 % penduduk negara tersebut dari orang dewasa menderita myopia dengan minus 1 (-1.00).
Para peneliti dari Australia menyimpulkan bahwa pancaran sinar matahari bermanfaat untuk membatasi bola mata yang dapat menyebabkan myopia atau rabun jauh. Jika dilakukan suatu perbandingan antara penduduk Australia dan Singapura, akan ditemui kesimpulan seperti : rata-rata anak-anak dan remaja di Singapura hanya menghabiskan waktu di luar rumah untuk sekedar bermain hanya menghabiskan waktu 30 menit per hari, akan tetapi 90% remaja dan anak-anak di Singapura mengenakan kacamata permanen maupun sementara, berbeda dengan anak-anak dan remaja di Australia. Para remaja dan anak – anak di Australia lebih banyak  menghabiskan waktu bermain di luar rumah sekitar 2-3 jam per hari dan tentunya hal ini yang mendorong remaja dan anak-anak di Australia, lebih sedikit yang menderita myopia atau rabun jauh cenderung  sekitar 20 % dari total penduduk Australia. Oleh karenanya para bayi atau balita usia 0-3 bulan sering kali dijemur pada pagi hari akan sel-sel dan syaraf tubuh seluruhnya  agar berkembang baik dan memberi rangsang terhadap jaringan otot, otak dan mata.
Cara mengatasi mata rabun jauh atau Myopia adalah :
1.    Membaca jangan terlalu dekat (minimal sepanjang siku anda)
Cobalah untuk tidak membaca dengan jarak terlalu dekat dengan objek atau benda, berilah jarak pada mata dan objek (benda) minimal sepanjang siku anda atau lebih. Bagi anda yang sudah menggunakan alat bantu kacamata cobalah untuk tidak terlalu dekat jarak pandang dari kacamata anda dengan objek benda.

2.    Membacalah di ruangan yang cukup terang
Usahakan membaca pada ruangan yang cukup mendapatkan cahaya penerangan agar mata tidak terlalu tegang atau kaku.

3.    Jangan membaca sambil tiduran
Membaca sambil tiduran merupakan salah satu penyebab utama mata menjadi rabun. Hal dikarenakan retina dan kornea menangkap cahaya terbalik ketika mata dalam posisi keatas, sehingga pantulan cahaya jatuh di belakang retina dan membuat mata terasa lebih perih

4.    Hindari menonton TV/main play station terlalu dekat secara terus menerus
Jika anda sudah mengenakan kacamata, cobalah untuk tidak terlalu larut dan dekat dengan monitor televisi anda baik saat menonton televisi maupun saat bermain play station. Bila perlu lepaskan terlebih dahulu kacamata anda sekiranya anda masih mampu melihat objek dalam beberapa jarak pandang mata.

5.    Hindari memakai komputer dengan monitor terlampau dekat. Sekali-sekali pandanglah ke tempat yang jauh.
Cahaya atau pantulan cahaya pada monitor juga dapat membuat mata anda terasa cepat lelah, kepala pusing, mata seperti orang mengantuk. Bila perlu gunakan kaca pelapis untuk monitor komputer anda agar pantulan cahaya tersebut tidak cepat merusak mata anda.

6.    Bermainlah di luar rumah selama 2-3 jam setiap hari dan lihat obyek yang jauh.
Cobalah untuk bermain di luar rumah selama kurang lebih 2-3 jam per hari dan cobalah melatih mata anda untuk melihat objek jarak jauh. Guna melatih otot-otot mata anda merefleksikan dari urat-urat mata.

7.    Berolahragalah agar otot-otot mata anda menjadi kuat
Olahraga tidak hanya untuk kesehatan tubuh semata, namun adapula olahraga untuk melenturkan dan merefleksikan mata anda dari rutinitas anda sehari-hari.
8.    Makanlah makanan yang bermanfaat bagi mata anda seperti vitamin A, Beta Karotin, dan sebagainya.
Makanan juga dapat mempengaruhi kesehatan mata. Mata juga membutuhkan nutrisi penting agar mata senantiasa sehat dan segar. Mata sangat membutuhkan vitamin A meski dengan dosis yang cukup tinggi.
Kacamata Berlensa Cekung untuk miopi
Mata miopi tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang jauh atau titik jauhnya terbatas pada jarak tertentu. Lensa kacamata yang digunakan penderita miopi harus membentuk bayangan benda-benda jauh (S ~ ) tepat di titik jauh mata atau S’ = –PR, dengan PR singkatan dari punctum remotum, yang artinya titik jauh. Tanda negatif pada S’ diberikan karena bayangan yang dibentuk lensa kacamata berada di depan lensa tersebut atau bersifat maya.

Penderita miopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa negatif (cekung), yang bersifat menyebarkan berkas cahaya. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan  maya di titik jauh mata dari benda yang berada di jauh tak berhingga. Dengan demikian, benda yang berada di jauh tak berhingga akan membentuk bayangan tepat di retina, sehingga terlihat jelas.


Hipermetropi
Penderita rabun dekat tidak dapat melihat secara jelas objek yang letaknya dekat dengan mata (hanya dapat melihat objek yang letaknya jauh dari mata). Rabun dekat atau hipermetropi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat mencembung atau tidak dapat berakomodasi sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di belakang retina (jadi benda tidak terlihat jelas).
Hipermetropi atau Hiperopia atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan karena bola mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita kelainan mata ini tidak dapat membaca pada jarak yang normal (30 cm) dan harus menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca secara jelas. Penderita juga akan sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan ketelitian tinggi.
Hipermetropia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di posterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa konvergen atau lensa positif.

Kelainan refraksi pada mata hipermetropia

Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran klinis yang tipikal. Pada penderita hipermetropia ringan-sedang dan berusia muda, kelainan refraksi ini masih bisa dikompensasi dengan akomodasi. Tetapi, kondisi ini bisa menimbulkan asthenopic syndrome seperti nyeri mata, sakit kepala, sensasi panas pada mata, blepharoconjungtivitis, pandangan kabur dan kelelahan. Pada penderita anak sekolah, gejala khas akan tampak pada perilaku mereka sehari-hari. Penderita akan sering menggosok mata mereka saat membaca. Akibatnya, aktivitas membaca menjadi sesuatu yang menakutkan bagi anak hipermetropia. Kondisi seperti ini dapat menjadi penghambat dalam proses belajar.
Penanganan penderita anak-anak memerlukan perhatian khusus. Koreksi baru dilakukan pada penderita hipermetropia sedang atau berat atau bila disertai kondisi esotropia. Pada penderita usia sekolah, penggunaan lensa positif dengan kekuatan terbesar dapat menimbulkan pandangan kabur ketika melihat jauh. Karena itu, kekuatan lensa yang digunakan perlu direduksi. Penggunaan siklopegik jangka pendek dapat membantu penyesuaian anak dengan lensanya.
Pada hipermetropi, refraksi sinar kurang konvergen, sehingga bayangan terbentuk di belakang retina. Penderita hipermetropi memiliki visus normal, namun kesulitan melihat benda yang terletak dekat. Secara prinsip, m. ciliaris penderita hipermetropi mengalami kelemahan karena proses degenerasi, tonusnya menurun dan fleksibilitasnya meningkat, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memajang. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak anterior dan posterior yang pendek menyebabkan kecenderungan terjadinya hipermetropi. Solusi bagi penderita hipermetropi adalah menambah konvergensi dengan menambahkan lensa cembung (plus) di depa mata.
Kacamata Berlensa Cembung untuk Hipermetropi
Karena hipermetropi tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas, lensa kacamata yang digunakannya haruslah lensa yang dapat membentuk bayangan benda-benda dekat tepat di titik dekat matanya. Benda-benda dekat yang dimaksud yang memiliki jarak 25 cm di depan mata. Oleh karena itu, lensa kacamata harus membentuk bayangan benda pada jarak S = 25 cm tepat di titik dekat (PP, punctum proximum) atau S' = –PP. Kembali tanda negatifmdiberikan pada S' karena bayangannya bersifat maya atau di depan lensa.

dengan PP dinyatakan dalam satuan meter (m) dan P dalam dioptri. Karena PP > 0,25 m, kekuatan lensa P akan selalu positif. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang bermata hipermetropi perlu ditolong oleh kacamata berlensa positif (cembung atau konvergen).
Letak titik dekat mata hipermotropi lebih jauh dibandingkan letak titik dekat mata normal. Untuk menolong penderita rabun dekat diperlukan kacamata berlensa cembung (+), yang bersifat mengumpulkan berkas cahaya. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan maya di titik dekat mata dari objek yang berada pada jarak baca normal.


Presbiopi (Mata Tua)
Presbyopia berasal dari bahasa Yunani “Presbys” yang berarti orang tua dan “Opia” artinya mata. Mata tua atau presbiopi banyak dialami oleh orang-orang lanjut usia. Cacat mata ini disebabkan oleh berkurangnya daya akomodasi mata (otot mata sudah lemah). Titik dekat mata tua lebih besar dari jarak baca normal (25-30 cm) dan titik jauhnya pada jarak tertentu. Akibatnya, baik titik dekat maupun titik jauh mata letaknya bergeser, yaitu titik dekat bergeser menjauhi mata, sedangkan titik jauh bergeser mendekati mata. Dengan demikian, penderita presbiopi tidak dapat melihat secara jelas, baik objek yang berada pada jarak baca normal maupun yang berada di tempat sangat jauh. Untuk menolong penderita ini, digunakan kacamata berlensa rangkap (bifokal), yaitu lensa untuk melihat jauh dan lensa untuk membaca.

Astigmatisma
Astigmatisme atau mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin.
Astigmatis menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan melihat sesuatu secara jelas atau menjadi kabur, terutama untuk obyek-obyek yang berukuran kecil. Biasanya penderita astigmatisme juga menderita miopia (rabun jauh).

Bola mata dalam keadaan normal berbentuk bulat seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk dapat ditangkap pada satu titik di retina. Pada mata yang mengalami astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang.

Mata normal berbentuk bulat sedangkan mata astigmatis berbentuk silinder (bulat telur).
Cacat mata ini disebabkan oleh bentuk permukaan kornea mata yang tidak sferis, artinya kelengkungan pada satu bidang tidak sama tajamnya dengan kelengkungan pada bidang yang lain. Akibatnya, suatu bingkai horisontal dan bingkai vertikal tidak dapat difokuskan dengan baik secara bersamaan. Untuk menolong penderita ini, digunakan kacamata berlensa silindris.
Kelainan refraksi ini ditandai dengan anomali kurvatura media refrakta, bisa diakibatkan ulkus kornea, jaringan parut pada kornea, kertoconus, katarak, lenticonus, sehingga ketika berkas sinar paralel yang masuk tidak akan difokuskan pada satu titik tetapi pada beberapa titik yang membentuk satu garis.
Kelainan refraksi pada mata astigmatisma

Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran klinis yang tipikal. Penderita akan melihat benda tidak beraturan bentuknya atau berubah bentuk. Pemeriksaan bisa menggunakan keratoskop placid, videokeratoskop, Helmholtz atau Javal ophthalmometer.
Deteksi dini dan koreksi yang segera sangat penting terutama pada penderita anak. Astigmatisma yang tidak terkoreksi dapat mengakibatkan ambliopia karena bayangan yang tajam tidak terproyeksikan ke retina.
Astigmatisma (mata silindris) sebenarnya dapat diatasi dengan menggunakan kacamata, lensa kontak atau pembedahan. Pembedahan yang biasanya dilakukan adalah Astigmatic Keratotomy dan LASIK. Tujuan operasi ini adalah untuk membentuk kembali kornea mata menjadi bulat karena mata penderita astigmatisma berbentuk oval. Untuk menentukan mana yang cocok untuk anda silahkan hubungi dokter mata anda.
Lensa Kontak dan Kacamata
Jika anda memiliki silindris ringan antara nol dan 1 dioptri (baik 1 atau -1) anda bisa menggunakan lensa RGP (Rigid Gas Permeable) biasa atau kacamata. Untuk penderita parah sebaiknya menggunakan lensa kontak Toric. Lensa Kontak Torik mempunyai bahan yang sama dengan lensa kontak biasa, perbedaannya terletak pada desain lensa. Lensa toric mempunyai dua kekuatan, dibuat dengan lekukan pada sudut yang berbeda (satu untuk silindris, satunya untuk miopi atau hipemetropi). Pemasangan lensa Toric ini mebutuhkan keahlian dan waktu yang cukup lama sehingga tidak dapat dilakukan sendiri. Dan harganya juga lebih mahal.
Astigmatic Keratotomy (AK)
Ini sebenarnya cara lama dan sekarang orang lebih memilih LASIK untuk pembedahan. Tapi kita bahas sedikit tentang Astigmatisma keratotomy (AK) ini. Pada operasi ini dokter melakukan sedikit sayatan pada bagian  kornea mata yang paling curam. Ini akan membuat kornea mata menjadi lebih relax dan berbentuk lebih bulat.
Operasi ini akan berhasil untuk penderita ringan, sedangakan untuk penderita parah akan memerlukan kacamata lagi setelah dioperasi. Operasi ini tergolong aman dan efektif untuk penderita astigmatisma.
Kekurangan Operasi ini adalah :
-       Proses penyembuhan lambat (sekitar 3 bulan)
-       Ketidaknyaman setelah operasi (bersifat ringan, berlangsung selama dua atau tiga hari)
-       Hasilnya permanen (baik maupun buruk )
-        
Efek samping :
Meskipun jarang, efek samping yang mungkin terjadi setelah operasi AK adalah :
-       Pandangan yang berubah-ubah, terutama beberapa bulan pertama setelah pembedahan.
-       Kornea melemah, rentan pecah jika terkena langsung dengan sesuatu benda
-       Infeksi
-       Tidak bisa menggunakan lensa kontak
-       Silau di dekat cahaya dan kadang bersifat permanen
-       Peka terhadap cahaya

Kacamata untuk Presbiopi dan Astigmatisma
Penderita presbiopi merupakan gabungan dari miopi dan hipermetropi. Oleh karena itu, kaca mata yang digunakannya haruslah berlensa rangkap atau bifokal, yakni lensa cekung pada bagian atas untuk melihat benda jauh dan lensa cembung pada bagian bawah untuk melihat benda-benda dekat. Sementara itu, astigmatisma dapat diatasi dengan menggunakan lensa silindris.

Lensa Kontak
Lensa kontak atau contact lens juga dapat digunakan untuk mengatasi cacat mata. Pada dasarnya lensa kontak adalah kacamata juga, hanya tidak menggunakan rangka, melainkan ditempelkan langsung ke kornea mata.
Buta Warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut dalam retina mata yang mengalami kelemahan atau kerusakan permanen dan tidak mampu merespon warna dengan semestinya. Buta warna merupakan kelainan genetik atau bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kebutaan warna juga dapat disebabkan seseorang mengkonsumsi obat dalam periode waktu tertentu karena penyakit yang dideritanya.
Penglihatan warna sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dari seseorang, menjadikan masalah dan bahkan mungkin bisa menjadikan seseorang akan merasa tersiksa dan frustasi dengan keadaan ini, misal pada anak-anak dimana tidak dapat memilih warna spidol atau crayon yang tepat, seseorang tidak dapat memadu padan warna baju yang cocok, seorang ibu yang tidak bisa mengetahui kapan daging benar-benar matang, seseorang tidak mengerti tanda lalu-lintas dan masih banyak lagi fakta-fakta tentang buta warna. Menurut dokter spesialis mata bahwa tidak ada cara untuk mengobati buta warna karena bawaan, karena buta warna bukan suatu penyakit melainkan gangguan penglihatan pada seseorang. Penyandang buta warna tetap mengenal warna tetapi warna yang sesuai dengan persepsi sendiri. Sedangkan penderita kebutaan warna yang disebabkan akibat samping dari mengkonsumsi obat maka kebutaan warna yang disandangnya dapat disembuhkan.
Menurut Ganong (2003) Buta warna merupakan penyakit keturunan yang terekspresi pada para pria, tetapi tidak pada wanita. Wanita secara genitis sebagai carrier. Istilah buta warnaatau colour blind sebetulnya salah pengertian dan menyesatkan, karena seorang penderita buta warna tidak buta terhadap seluruh warna. Akan lebih tepat bila disebut gejala defisiensi daya melihat warna tertentu saja atau colour vision difiency. Orang yang mengalami buta warna tidak hanya melihat warna hitam putih saja, tetapi yang terjadi adalah kelemahan/penurunan pada penglihatan warna-warna tertentu misalnya kelemahan pada warna merah, hijau, kuning, dan biru. Buta warna permanen biasanya terjadi karena faktor keturunan. Sedangkan orang yang tidak mengalami buta warna dapat mengalami buta warna apabila terjadi faktor-faktor tertentu seperti kecelakaan.
Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna.

Klasifikasi Buta Warna

Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi, dan monokromasi.
1)      Trikomasi
Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Jenis buta warna ini paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
·      Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah.
·      Deuteromali yaitu kelemahan warna hijau.
·      Tritanomali yaitu kelemahan warna biru.
2)      Dikromasi
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
·      Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang.
·      Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap hijau.
·      Tritanopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka untuk warna biru.

3)      Momokromasi
Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis tipikal dan sedikit warna pada jenis atipikal. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang.

Tes Buta Warna
Tes buta warna adalah suatu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak. Hasil dari tes buta warna ada 3 macam yaitu buta warna total, buta warna sebagian (parsial) dan normal. Hasil tes buta warna sangat penting terutama untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja di bidangbidang tertentu seperti teknik elektro, teknik Informatika, desain dan lain-lain. Salah satu metode tes buta warna yaitu metode Ishihara. Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan gambar-gambar berisikan berbagai warna. Diantara warna-warna itu terbentuk angka-angka.
Proses tes buta warna dengan metode ishihara ini umumnya dilakukan secara manual, yaitu dengan memperlihatkan lembar-lembar gambar oleh seorang petugas tes buta warna dan peserta tes diminta menyebuatkan angka-angka yang terlihat pada gambar. Dari beberapa gambar yang diperlihatkan dan jawaban yang diberikan oleh peserta tes buta warna, maka petugas akan menyimpulkan apakah peserta tes mengalami buta warna total, parsial atau normal. Proses ini berlangsung untuk 1 orang peserta tes dan hasilnya dicatat oleh petugas di
lembar atau form hasil tes buta warna.
Proses tes buta warna yang dilakukan secara manual dan hasil yang di dapat hanya tercatat pada suatu lembar form tertentu. Jika pengarsipan pada lembaga yang menyimpan data hasil tes tidak baik maka dimungkinkan seseorang yang sudah melakukan tes buta warna akan berulang kali melakukan tes buta warna untuk berbagai keperluan.
Menurut Guyton (1997) Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik, seperti gambar di bawah ini. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.
Pada gambar di bawah ini orang normal akan melihat angka “74”, sedangkan penderita buta warna merah-hijau akan melihat angka “21”.

Contoh Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara

Metode Ishihara ini di kembangkan menjadi Tes Buta Warna Ishihara oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang dan terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri darilembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism).

Katarak
Katarak merupakan kekeruhan dari lensa mata. Sinar cahaya yang masuk ke mata terhambat atau tersebar, yang menyebabkan masalah seperti penglihatan kabur dan silau. Beberapa pasien bahkan mengalami penglihatan ganda. Dalam kebanyakan kasus, katarak berkembang sebagai akibat dari perubahan penuaan mata. Katarak juga bisa disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, sebagai efek samping dari beberapa obat, dan dari luka pada mata. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan katarak. Namun, operasi katarak telah menjadi sangat sukses dan merupakan salah satu operasi mata yang paling umum dilakukan di seluruh dunia.Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.

   
Gejala Katarak
Beberapa gejala umum Katarak antara lain:
1.    Pandangan kabur yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau ukuran kacamata yang sering berubah.
2.    Warna-warna tampak kusam.
3.    Susah melihat di tempat yang terang akibat silau.
4.    Kesulitan saat membaca atau mengemudi di malam hari.
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. bila tidak diobati, katarak dapat menyebabkan glaukoma.
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi mengacu pada operasi, di mana katarak rusak dengan energi ultrasound dan diangkat melalui sayatan kecil. Karena operasi dilakukan melalui sayatan kecil, pemulihan pun cepat. Banyak pasien mencapai penglihatan yang baik pada hari pertama setelah operasi. Dalam kebanyakan kasus, jahitan tidak diperlukan, sehingga pemulihan lebih cepat dan kenyamanan yang lebih baik setelah operasi.

Implan Lensa
Karena operasi katarak menghilangkan lensa alami mata, implan lensa diperlukan untuk menggantikan lensa asli yang keruh. Dengan menanamkan pengganti lensa, tidak dibutuhan kacamata tebal atau lensa kontak setelah operasi. Selain itu, dengan menyesuaikan implan lensa, operasi katarak telah menjadi salah satu solusi, di mana penglihatan dapat ditingkatkan dan kebebasan dari kacamata menjadi mungkin.

Menyesuaikan Implan Lensa
Berbagai formula telah diciptakan berdasarkan kelengkungan kornea mata serta panjang bola mata, untuk membantu memilih lensa terbaik untuk jangkauan kekuatan terendah. Hampir semua derajat pemandangan panjang atau pendek dapat diperbaiki dengan cara ini. Mengukur panjang bola mata secara tradisional dilakukan dengan menggunakan mesin ultrasound. Baru-baru ini, menggunakan sinar laser dengan mesin IOLmaster memungkinkan pengukuran dilakukan dengan 5 kali lebih akurat. Dalam kebanyakan kasus, penggunaan alat semacam ini untuk memprediksi kekuatan akhir mata dalam kemampuan bias +/-50 derajat (0,50 dioptris) setelah operasi katarak dan implan lensa.
Mata Juling (Strabismus)
Strabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah atau memandang pada dua titik yang berbeda. Dalam keadaan normal, kedua mata kita bekerja sama dalam memandang suatu obyek. Otak akan memadukan kedua gambar yang dilihat oleh kedua mata tersebut menjadi satu gambaran tiga dimensi yang memberikan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman (depth perception).
Ada beberapa jenis strabismus yang bisa kita amati langsung dengan meminta pasien memandang lurus ke depan. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah (hipotropia) atau ke atas (hipertropia). Ini terjadi sekitar 2% pada anak-anak baik laki-laki maupun perempuan.
Ketika kedua mata memandang tidak searah maka akan ada dua gambar yang dikirim ke otak. Pada orang dewasa hal ini menyebabkan timbulnya penglihatan ganda. Pada anak kecil, otak belajar untuk tidak menghiraukan gambaran dari mata yang tidak searah dan hanya melihat dengan menggunakan mata yang normal. Anak kemudian kehilangan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman.

Penyebab Strabismus
Strabismus dapat disebabkan oleh ketidak-seimbangan tarikan otot yang mengendalikan pergerakan mata, kelumpuhan otot, gangguan persyarafan atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi. Anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang mempunyai riwayat strabismus dalam keluarganya beresiko tinggi menderita strabismus juga.
Sebuah tanda nyata adanya strabismus adalah sebelah mata tidak lurus atau tidak terlihat memandang ke arah yang sama seperti mata sebelahnya. Kadang-kadang anak-anak akan memicingkan/menutup sebelah matanya saat terkena sinar matahari yang terang atau memiringkan kepala mereka agar dapat menggunakan kedua matanya sekaligus.

Penanganan Strabismus
Penanganan strabismus dimaksudkan untuk melindungi fungsi penglihatan dan meluruskan mata. Jika strabismus disebabkan oleh kelainan refraksi, menggunakan kaca mata untuk menormalkan penglihatan dapat memperbaiki posisi mata.



Sumber:
................, Mengobati Astigmatisme atau Mata Silinder, (http://www.terapimata.com/mata_silider_astigmatisme.htm, diakses pada tanggal 27 Maret 2013 jam 08:32)

................, Rabun Jauh (Myopia), (http://www.matarabun.com/rabun-jauh-myopia/, diakses pada    tanggal 27 Maret 2013 jam 08:39)
 
Ming, P.Y., Operasi Katarak: Pemulihan Penglihatan dengan Teknik dan Inovasi Terbaru, (http://www.jerrytan.com/docs/operasi_katarak_kencan_edisi_6_tahun_1_2011_id.pdf, diakses pada tanggal 27 Maret 2013 jam 08:39)
Murti, H., Santi, R.C.N., (2011), Aplikasi Pendiagnosa Kebutaan Warna dengan Menggunakan Pemrograman Borland Delphi, (http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/download/363/240, diakses pada tanggal 24 Maret 2013 jam 19:30)
Sudomo, J., Alat-alat Optik, (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/5%20Alat%20Optik_Mata.pdf, diakses pada tanggal 24 Maret 2013 jam 19:28)
Widianingsih, R., Kridalaksana, A.W., Hakim, A.R., (2010), Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer, (http://informatikamulawarman.files.wordpress.com/2010/02/06-jurnal-ilkom-unmul-v-

5 komentar:

Keren tuh infonya mas e & mbakee. Saya juga menemukan online shop baru yang menjual SoftLens warna online x2, geo lens, omega dengan harga terjangkau dan gratis ongkos kirim serta dapat dipercaya. ayo cekidott...

Makasi buat infonya, sangat membantu.

apakah radiasi ponsel bisa juga mangakibatkan miopi???

terimakasih atas informasinya, sangat bermanfaat :)

Posting Komentar